Saturday, May 24, 2014

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN



HUBUNGAN MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN
 OLEH : RENI SELVIANA
NPM : 13131011003
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLY EFFENDI RAHIM

















I.                   PENDAHULUAN

A.    Pengertian Manusia.
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam, mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik positif maupun negatif.
Manusia adalah makhluk yang terbukti berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa otak dengan tubuh manusia memang memberikan petunjuk dari segi intelektual relatif.
Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut pandang yang berbeda-beda, baik itu  menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens (bahasa latin untuk manusia) yang merupakan sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjwUvTHWjR0kJeC5WuYsN82nrUNS_w41tcVZKacTuGoaxDQ0nf1qK4nKvQXt-u-yrkUh47-gwIxltM3hiPjsP80ZWXObBQHU_HuAQZXZrZUwF5_iK_NVRmV-8NWbTwYaa1BTYu3E94Cd5A/s1600/10102009(002).jpg
Bentuk sosial hubungan manusia antar sesamanya
B.    Pengertian Lingkungan.
Lingkungan adalah suatu media dimana makhuk hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang khas yang terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari lingkungannya.Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.Kita bernapas memerlukan udara dari lingkungan sekitar.Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya memerlukan lingkungan. Pengertian lain dari lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan biotik dan abiotik.Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan-hewan yang ada disekitarnya.Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada disekitar.
Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama manusia disebut juga sebagai lingkungansosial.Lingkungan sosial inilah yang membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian seseorang.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgw5X41fe0XOxs2LsGhVZ6C_Ll-PfVaubw0wEu6GRy_qxN7dktxnowqwTdFKIVA4WHT8qPnuFUZcJrZjj0acjyhjDYJlSrPAdoxJ8lShDZL92a7aNqNC1smWEj3kbgHmy0BOSz3PUfO31I/s1600/14102009(021).jpg
Kerusakan lingkungan karena bencana
C.   Korelasi Antara Manusia dengan Lingkungan.
1.    Pengertian Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainya.Berasal dari kata Yunani oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”).Ekologi berarti ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya.Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernest Haecke (1834-1914).  Dalam ekologi,makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Kita mengenal beberapa definisi untuk ekologi, misalnya:
Ø  Ekologi ialah cabang biologi yang mempelajari hubungan timbal balik manusia dengan lingkungannya.
Ø  Ekologi ialah studi ilmiah tentang interaksi yang menentukan penyebaran dan kepadatan makhluk hidup.
Ø  Ekologi ialah biologi lingkungan.
Bertolak dari definisi ekologi ialah ilmu yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya maka ekologi dapat juga diartikan sebagai imu yang membahas hubungan manusia dan lingkungannya dipandang dari kepentingan dan kebutuhan  manusia terhadap lingkungan itu sendiri.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.Ekologi mempelajari bagaimana makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan antara makhluk hidup dengan benda tidak hidup di tempat hidup atau lingkungannya.Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi dengan zoologi dan botani yang menggambarkan bahwa ekologi mencoba memperkirakan dan menggambarkan sebagai besar rantai makanan manusia.
Para ahli ekologi mempelajari perpindahan energi dan materi dari makhluk hidup yang satu kepada makhluk hidup yang lain dalam lingkungannya serta faktor-faktor yang menyebabkannya. Serta perubahan populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang menyebabkannya.Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Kini para ekolog(orang yang mempelajari ekologi) berfokus kepada ekowilayah bumi dan riset perubahan iklim.
Terkadang ekologi dibandingkan dengan antropologi, sebab keduanya menggunakan banyak metode untuk mempelajari suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Antropologi ialah tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi lingkungan kita, sedangkan ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh dan pikiran kita.
2.    Lingkungan Hidup Manusia.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Pasal 1 Angka 1 mengartikan Lingkungan Hidup sebagai “kesatuan ruang dengan kesemua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya”.
Manusia hidup, tumbuh, dan berkembang dalam lingkungan alam dan budayanya.Dalam lingkungan alamnya manusia hidup dalam sebuah ekosisten yakni, suatu unit atu satuan fungsional dari makhluk-makhluk hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosisten terdapat komponen abiotik pada umumnya merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk-makhluk hidup diantaranya: tanah, udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer, air, cahaya, suhu atau temperatur, Sedangkan komponen biotik diantaranya adalah: produsen, konsumen, pengurai.
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan lingkungan hidupnya, lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan.Dari sinilah lahir peradapan istilah Toynbee sebagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi lingkungan.Lingkungan hidup tidak bisa di pisahkan dari ekosistem atau system ekologi.Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati membentuk suatu system.Lingkungan hidup pada dasarnya adalah suatu system kehidupan dimana terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.Manusia adalah bagian dari ekosistem.Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan non fisik.Lingkungan alam dan buatan adalah Lingkungan fisik.Sedangkan lingkungan nonfisik adalah lingkungan social budaya dimana manusia itu berada.Lingkungan amat penting bagi kehidupan manusia.
Segala yang ada pada lingkungan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karma lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung perkehidupan manusia dan makhuk hidup lainya arti penting lingkungan bagi manusia karena lingkungan merupakan tempat hidup manusia, Lingkungan memberi sumber-sumber penghidupan manusia, Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan perilaku manusia yang mendiaminya.
II.            MANUSIA MEMPUNYAI BANYAK KEBUTUHAN TERHADAP SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Lingkungan yang merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya, bagaimanapun juga akan tercemar, dengan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Oleh karena itu fakta yang menunjukkan bahwa tingkat kerusakan lingkungan sudah sangat tinggi dan cenderung makin meninggi, relatif mudah untuk ditemukan. Berita tentang terjadinya pencemaran lingkungan, baik pencemaran udara, air maupun tanah dengan segala aspek yang terdapat didalamnya sering kita temukan baik di dalam media massa cetak maupun media elektronik. Fenomena mengindikasikan bahwa kerusakan lingkunagn sudah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.Mengingat bahwa pembangunan merupakan aktifitas utama dari setiap Negara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan warganya, dapat dikatakan bahwa kerusakan lingkungan sudah merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan.
Lingkungan yang tercemar akibat kegiatan manusia maupun proses alam akan berdampak negative pada kesehatan, kenikmatan hidup, kemudahan, efisiensi, keindahan, serta keseimbangan ekosistem dan sumber daya alam. Oleh karena itu perlindungan lingkungan merupakan suatu keharusan apabila meninginkan lingkungan yang lestari sehingga kegiatan ekonomi dan kegiatan lain dapat berkesinambungan.
Apabila demikian halnya maka pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu keharusan.Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :
1.    Memperoleh keselamatan hubungan antara manusia dan lingkungan.
2.    Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
3.    Mewujudkan manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup.
4.    Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk generasi sekarang maupun yang akan datang.
5.    Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengelolaan lingkungan hidup merupakan penaggulangan dampak negatif kegiatan manusia yang bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan. Dengan telah ditentukannya tujuan pengelolaan lingkungan hidup maka tugas selanjutnya ialah menetukan strategi, kebijaksanaan dan langkah/ taktik pengelolaan lingkungan hidup.Strategi dalam hal ini adalah haluan dalam garis besar sedang kebijaksanaan adalah upaya atau tindakan umum untuk mencapai tujuan, langkah atau taktik adalah upaya terinci untuk mencapai tujuan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi setempat.
Perlindungan lingkungan yang bertujuan memperoleh kualitas lingkungan yang baik, baik sekarang maupun yang akan datang, memerlukan usaha yang sungguh-sungguh terutama dalam hal :
1.    Inventarisasi situasi lingkungan sekarang.
2.    Lembaga serta organisasi yang khusus menangani masalah lingkungan baik di pusat maupun di daerah terutama menentukan penyimpangan, denda, kepada siapa denda harus dibayar, serta yang membuat laporan tahunan situasi kualitas lingkungan per tahun.
3.    Cara penyelesaian soal secara ilmiah, terencana dan politis.
4.    Evaluasi terus-menerus terhadap program-program lingkungan serta persyaratan-persyaratan pembangunan proyek-proyek yang harus memenuhi atau mengajukan laporan, selain dampak sosial ekonomis proyek, juga dampak proyek pada lingkungan hidup.
Sementara ini telah diundangkan Undang-undang RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk menggantikan Undang-undang No. 4 tahun 1982. Undang-undang inilah yang akan menjadi pokok dasar tolak undang-undang lain, peraturan pelaksanannya serta kebijaksanaan pemerintah. Untuk dapat menilai apakah kebijaksanaan itu cukup baik atau tidak tergantung pada apakah kebijaksanaan tersebut memenuhi kriteria tertentu. Kriteria menilai kebijaksanaan terhadap lingkungan tersebut adalah :
1.    Kebijaksanaan harus dapat diandalkan (dependable) artinya kebijaksanaan itu harus dapat dipercaya dalam hal mencapai tujuan yang telah digariskan dan kebijaksanaan tersebut dapat dilaksanakan secara pasti dan otomatis.
2.    Kebijaksanaan yang baik itu sedapat mungkin dapat diperlakukan secara permanen dan dapat disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi.
3.    Kebijaksanaan harus mengarah kepada pemerataan.
4.    Kebijaksanaan harus dapat mendorong orang untuk berusaha secara maksimum.
5.    Kebijaksanaan harus mengarah ke efisiensi.
6.    Kebijaksanaan itu baik bila terdapat penerimaan suka rela dari pihak-pihak yang bersangkutan.
Peranan Manusia yang bersifat negatif terhadap lingkungan antaralain sebagai berikut:
1.    Eksploitasi yang melampaui batas sehingga persediaan  Sumber Daya Alam makin menciut (depletion);
2.    Punah atau merosotnya jumlah keanekaan jenis biota;
3.    Berubahnya ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi ekosistem binaan yang tidak mantap karena terus menerus memerlukan subsidi energi;
4.    Berubahnya profil permukaan bumi yang dapat mengganggu kestabilan tanah hingga menimbulkan longsor;
5.    Masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini berakibat menurunnya kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif pada lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri.
Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan antara lain:
1.    Melakukan eksploitasi Sumber Daya Alam secara tepat dan bijaksana terutama SDA yang tidak dapat diperbaharui;
2.    Mengadakan penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian keaneka jenis flora serta untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir;
3.    Melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah agar kadar bahan pencemar yang terbuang ke dalam lingkungan tidak melampaui nilai ambang batasnya;
4.    Melakukan sistem pertanian secara tumpang sari atau multi kultur untuk menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat sengkedan guna mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah yang mengandung humus;
5.    Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk melindungi lingkungan dan keanekaan jenis makhluk hidup.
III.           MANUSIA PERLU MEMANFAATKAN LINGKUNGAN DENGAN BIJAK
Teori Etika Lingkungan Hidup
A.    Antroposentrisme
Antroposenstrisme (antropos=manusia) adalah suatu pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari alam semesta. Dalam konteks lingkungan hidup, tesis dasar dari antropsenterisme adalah pemanfaatan terhadap lingkungan hidup harus tunduk pada kepentingan manusia.Lingkungan dalam konteks ini hanya memiliki nilai instrumental, sebagai obyek eksploitasi, eksperimen untuk kepentingan manusia.Manusia dalam konteks ini merupakan satu-satunya subyek moral.
Beberapa Tinjauan Kritis terhadap:
Ø  Didasarkan pada pandangan filsafat yang mengatakan bahwa hal yang bernuansa moral hanya berlaku bagi manusia.
Ø  Sangat bersifat instrumentalistis yaitu pola hubungan manusia dan alam hanya terbatas pada relasi instrumental semata.
Ø  Sangat bersifat teleologis, karena pertimbangan yang diambil untuk peduli terhadap alam didasarkan pada akibat dari tindakan itu bagi kepentingan manusia.
Ø  Teori ini telah dituduh sebagai salah satu penyebab bagi terjadinya krisis lingkungan hidup.
Ø  Walau banyak kritik dilontarkan kepada teori antroposentrisme, namun sebenarnya argumen di dalamnya cukup sebagai landasan yang kuat bagi pengembangan sikap kepedulian terhadap alam.
B.    Biosentrisme
Biosentrisme merupakan kebalikan dari antroposentrisme.Biosentrisme merupakan suatu pandangan yang menempatkan alam sebagai yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, bukan tergantung pada manusia.Oleh karena itu, bukan hanya manusia yang memiliki hak untuk berada, tetapi juga alam.Manusia dalam konteks biosentrisme hanya merupakan salah satu bagian dari alam.Seperti manusia memiliki nilai pada dirinya sendiri, demikianpun bagian-bagian itu memiliki nilai di dalam dirinya sendiri.Dalam konteks ini, biosentrisme merupakan sebuah komunitas moral, dimana semua bagian dari komunitas itu memiliki nilai moral.
Beberapa Tinjauan Kritis :
Ø  Menekankan kewajiban terhadap alam bersumber dari pertimbangan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang bernilai, baik kehidupan manusia maupun spesis lain di bumi ini.
Ø  Melihat alam dan seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai dalam dirinya sendiri.
Ø  Memandang manusia sebagai makhluk biologis yang sama dengan makhluk biologis lainnya.
Ø  Pada intinya teori biosentrisme berpusat pada komunitas biotis dan seluruh kehidupan yang ada di dalamnya.
Ø  Teori ini memberi bobot dan pertimbangan moral yang sama kepada semua makhluk hidup.
C.   Ekosentrisme
Ekosentrisme merupakan perluasan dari bisentrisme.Biosentrisme menekankan komunitas bilogis yang hidup, sedangkan ekosentrisme memberikan perhatian pada komunitas biologis yang hidup dan mati.Ekosentrisme dalam konteks ini merupakan suatu paham yang mengajarkan bahwa baik komunitas biologis yang hidup maupun yang mati saling berkaitan satu sama lain. Air, udara, cahaya, tanah dan lain sebagainya sangat menentukan kualitas komunitas biologis.
Beberapa Tinjauan Kritis:
Ø  Versi lain dari ekosentrisme adalah Deep Ecology yang diperkenalkan oleh Arne Naes (filsuf norwegia).
Ø  Deep Ecology  disebut sebagai ecosophy, yang berarti kerifan mengatur hidup selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam arti luas. Deep Ecology menganut prinsip biospheric egalitarianism, yaitu pengakuan bahwa semua organisma dan makhluk hidup adalah anggota yang sama statusnya dari suatu keseluruhan yang terkait sehingga mempunyai martabat yang sama. Dia tidak hanya memusatkan perhatian pada dampak pencemaran bagi kesehatan mausia, tetapi juga pada kehidupan secara keseluruhan .Deep ecology mengatasi sebab utama yang paling dalam  dari pencemaran, dan bukan sekedar dampak superfisial dan jangka pendek.
Sumber alam dapat digolongkan ke dalam dua bagian yakni:
Ø  Sumber alam yang dapat diperbaharui (renewable resources) atau disebut pula sumber-sumber alam biotik. Yang tergolong ke dalam sumber alam ini adalah semua makhluk hidup, hutan, hewan-hewan, dan tumbuhan-tumbuhan.
Ø  Sumber alam yang tidak diperbaharui (nonrenewable resources) atau disebut pula sebagai golongan sumber alam biotik. Yang tergolong ke dalam sumber abiotik adalah tanah, air, bahan-bahan galian, mineral, dan bahan-bahan tambang lainnya.
Sumber alam biotik mempunyai kemampuan diri atau bertambah, misalkan tumbuhan dapat berkembang biak dengan biji atau spora, dan hewan-hewan menghasilkan keturunannya dengan telur atau melahirkan. Oleh karena itu sumber daya alam tersebut dikatakan sebagai sumber daya alam yang masih dapat diperbaharui.Lain halnya dengan sumber daya alam abiotik yang tidak dapat memperbaharui dirinya. Bila sumber minyak, batu bara atau bahan-bahan lainnya telah habis digunakan manusia, maka habislah bahan-bahan tambang tersebut.
Sumber alam biotik dapat  terus digunakan atau dimanfaatkan oleh manusia, bila manusia menggunakannya secara bijaksana dalam penggunaan berarti memperhatikan siklus hidup sumber alam tersebut, dan diusahakan jangan sampai sumber alam itu musnah. Sebab, jika suatu jenis spesies di bumi musnah, maka jenis tersebut tidak dapat muncul kembali.Seharusnya manusia menggunakan dengan baik sumber daya biotik dan abiotik secara tepat dan bertanggung jawab.
Manusia memandang alam lingkungannya dengan bermacam-macam kebutuhan dan keinginan.Manusia bersaing dengan spesies lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Dalam hal ini manusia memiliki kemampuan lebih besar dibandingkan organisme lainnya, terutama dalam penggunaan sumber-sumber alamnya. Berbagai cara telah dilakukan manusia dalam menggunakan sumber-sumber alam berupa tanah, air, fauna, flora, bahan-bahan galian, dan sebagainya.
Namun sesuai dengan kondisi lingkungan saat ini manusia susah seharusnya melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud disini bukanlah transformasi yang diartikan sebagai perubahan seluruhnya (dari teknologi, sosial budaya dan ekonomi).Perubahan disini lebih kepada perubahan hidup berperilaku, kebiasaan dalam hidup yang menunjang pada penyelamatan lingkungan, perilaku hidup manusia.
Masih banyak masyarakat kita yang memiliki kebiasaan yang tidak ramah lingkungan, seperti pengrusakan lingkungan demi keuntungan semata.Seharusnya manusia berhati-hati dalam mengolah tanah, air, udara mahluk mahluk yang ada di dunia ini.Khususnya pada lingkungan, manusia telah begitu banyak menimbulkan kerusakan pada bumi ini. Limbah, kotoran, sampah dibuang begitu saja tanpa mengindahkan lingkungandan mahluk lain.
Teknik Penilaian Dampak Pembangunan Terhadap Lingkungan.Ada empat segi pendekatan/teknik penilaian dampak pembangunan terhadap lingkungan yaitu :
1.    Segi Manfaat.
Dari segi manfaat ada empat pendekatan :
a)    Teknik Nilai Pasar/Produktivitas.
Teknik ini biasanya dipakai untuk meneliti pengaruh pembangunan sistem alami seperti pada perikanan, kehutanan, pertanian; pengaruh pada sistem yang dibangun manusia yaitu gedung, jembatan, bahan; juga pengaruh pada produk di sektor produsen dan rumah tangga. Kualitas lingkungan disini adalah faktor produksi.Perubahan dalam kualitas lingkungan menjurus pada perubahan dalam produktivitas dan biaya produksi, sehingga harga-harga serta tingkat hasil juga berubah dan ini dapat diukur.
b)    Pendekatan Pasar Pengganti (Surrogate Market) Pendekatan ini dibagi dalam :
1)    Barang-barang dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dipasarkan.
Jasa lingkungan merupakan subtitut barang privat yang dapat dipasarkan. Misalnya kolam renang swasta merupakan subtitut danau atau sungai, sehingga manfaat tambahan penawaran jasa lingkungan mengakibatkan berkurangnya pembelian barang privat.
2)    Pendekatan Nilai Tanah
Ø  Pendekatan Nilai Milik.
Nilai tanah atau milik dipakai untuk menentukan kesediaan orang untuk membayar barang lingkungan, yaitu pemanfaatan nilai pasar untuk mengestimasi secara tidak langsung suatu kurva permintaan barang lingkungan sehingga dapat dihitung manfaat atau kerugian dari perubahan dalam kualitas atau suplai di lingkungan tertentu.
Ø  Pendekatan Nilai Tanah Lainnya.
Misalnya diadakan pemeliharaan barang-barang lingkungan untuk maksud sejarah, pendidikan, kebudayaan, ilmiah dan lain-lain; terutama untuk generasi mendatang.
3)    Pendekatan Selisih Upah.
Seperti diketahui upah tergantung pada permintaan dan penawaran terhadap tenaga kerja.Secara teoritis permintaan terhadap tenaga kerja tergantung pada produk fisik marjinal (marginal physical product) tenaga kerja, sedang penawaran tenaga kerja tergantung pada kondisi kerja dan kondisi hidup. Oleh karena itu pengendalian polusi udara, perbaikan keindahan atau amenities kota dan pengurangan resiko kesehatan akan mempertinggi tingkat upah di kota-kota. Dengan demikian jelas perbaikan lingkungan akan berpengaruh besar pada tingginya upah.
4)    Pendekatan Berdasarkan Biaya Perjalanan/Bepergian.
Pendekatan ini dipakai untuk menilai barang-barang yang “underpriced” atau dinilai terlalu rendah, misalnya untuk mencari nilai kurva permintaan “barang-barang” rekreasi. Biasanya makin tinggi penghasilan seseorang makin besar permintaan terhadap barang rekreasi.
c)    Pendekatan Pemanfaatan Data Litigasi (Acara, Proses) atau Kompensasi.
Dengan acara pengendalian atau proses perhitungan ganti rugi atau kompensasi/pampasan dibayarkanlah kepada mereka yang menderita rugi atau kerusakan, sejumlah uang agar mereka menyerahkan hak terhadap barang lingkungan. Misalnya saja untuk penangkapan ikan di Cilacap diberikan ganti rugi sebesar rata-rata keuntungan tahunan mereka dibagi dengan tingkat bunga yang berlaku agar mereka menyerahkan hak menangkap ikan mereka di daerah yang tercemar oleh pabrik-pabrik di industrial estate Cilacap.
d)    Pendekatan dengan Menggunakan Teknik Survey.
Teknik ini ada 2 macam yang semuanya berdasarkan wawancara di lapangan:
1)    Wawancara kemauan membayar atau menerima kompensasi atau pampasan yang terdiri atas :
Ø  Pendekatan Tawar Menawar.
Asumsi pada pendekatan tawar-menawar ini ialah bahwa harga barang-barang atau jasa berbeda tergantung pada perubahan dalam jumlah kualitas yang disuplai.Orang ditanya untuk menilai kelompok-kelompok yang terdiri dari berbagai barang dan jasa. Pernilaian didasarkan pada kesediaan orang untuk membayar sekelompok barang yang lebih baik atau kesediaan menerima pembayaran bila diperoleh barang dan jasa yang lebih inferior.
Ø  Konsep Alokasi Anggaran.
Konsep alokasi anggaran pada hakikatnya merupakan kelanjutan dari konsep tawar-menawar. Hanya saja disini digunakan gambar- gambar menarik dan responden diminta untuk memilih tempat-tempat mana yang ia lebih senangi dari tempat-tempat lain dan seberapa besar anggaran yang ia bersedia untuk menyediakan demi kepergian ke tempat yang ia senangi itu.
2.    Segi Biaya.
Dari segi biaya teknik / penilaian dibagi ke dalam :
a)    Teknik Analisis Biaya, terdiri dari :
Ø  Teknik Pengeluaran Preventif.
Teknik Pengeluaran Preventif mengestimasi nilai minimum kualitas lingkungan berdasarkan kesediaan orang mengeluarkan biaya untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi akibat buruk lingkungan.
Ø  Pendekatan Biaya Ganti.
Pendekatan Biaya Ganti misalnya diterapkan pada kasus konservasi tanah pegunungan. Nilai barang lingkungan yang dikonversi adalah sebesar usaha melindungi tanah tersebut dari erosi dengan cara menutup tanah dengan alat pelindung tertentu. Nilai tanah kemudian terdiri dari nilai atau harga pelindung dan kebaikan atau manfaat yang diperoleh dari ditiadakannya banjir di bagian-bagian bawah.
Ø  Pendekatan Proyek Bayangan.
Pendekatan dengan berdasarkan pada Proyek Bayangan dilaksanakan dengan mengemukakan secara hipotesis suatu proyek yang dapat ditanggulangi persoalannya dengan berbagai alternative bayangan.
b)    Teknik Analisis Keefektifan Biaya.
Analisis keaktifan biaya juga hamper sama. Misalnya mengurangi SO dapat dengan berbagai cara, yaitu dengan meninggikan cerobong asap, menggunakan batubarayang baik, beralih memanfaatkan BBM dengan sulfur rendah, dan lain-lain.Berapa masing-masing biayanya.Mana yang paling dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka mengurangi SO sampai mendekati angka nol lb/kwh dengan biaya yang dapat ditenggang.
3.    Teknik Input-Output.
Teknik Input-Output yang dikembangkan oleh Wassily Leontief itu dapat diterapkan pada masalah yang berhubungan dengan kualitas lingkungan.Data yang perlu ada misalnya berhubungan dengan variabel kualitas lingkungan seperti tata guna tanah, emisi SOx dan emisi debu pada misalnya sector-sektor pertanian, usaha pengolahan dan jasa.Jadi dengan teknik input-output dapat dicari dampak pembangunan terhadap lingkungan.Tetapi penggunaan teknik ini mengandung berbagai batasan.
4.    Teknik Programasi Linier.
Teknik Programasi Linier juga dapat dimanfaatkan untuk pengelolaan kualitas lingkungan. Misalkan saja, di suatu daerah dihasilkan tenaga listrik sebesar 2.000 MW dan terdapat wisatawan sebanyak 1.500 orang dari suatu keadaan dimana diperlukan dana investasi sebesar Rp 900 juta dan tenaga kerja sebanyak 500 orang untuk suatu proyek; serta diketahui bahwa setiap MW tenaga listrik (x1) memerlukan Rp 300.000,00 investasi dan tenaga kerja sebanyak 1 orang dan lagi setiap wisatawan (x2) memerlukan investasi sebesar Rp 200.000,00 dan pelayanan sebanyak 2 orang.
Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan Kesejahteraan.
Sejak awal, manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam perjalanan hidupnya guna mendapatkan kesejahteraan.Manusia membuat, menciptakan, mengerjakan, dan memperbaiki berbagai hal yang di tunjuk untuk kepentingan hidupnya.Di Negara penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan.Sebagai modal dasar atau asset pembangunan, penduduk tidak hanya sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku pembangunan.
Hal yang berkaitan dengan penduduk Negara meliputi:
A.    Aspek kualitas penduduk, mencangkup tingkat pendidikan,keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.
B.    Aspek kuantitas penduduk yang mencangkup jumlah penduduk, pertumbuhan, persebaran, perataan, dan perimbangan penduduk di tiap wilayah Negara (Winarno, 2007).
Lingkungan alam seperti tanah, dirombak untuk menampung berbagai fasilitas kebutuhan manusia. Misalnya, perumahan dan fasilitas lain seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan, pasar, jalan, saluran, dan lain-lain. Air tidak hanya di manfaatkan untuk kebutuhan makan dan minum, tetapi juga sebagai sarana rekreasi seperti taman, kolam, dan air mancur air jaga untuk pembangkit listrik.
Tidak jarang, perombakan lingkungan berakibatkan pada kerusakan lingkungan itu sendiri.Lingkungan telah kehilangan daya dukung lingkungan sebagai akibat tindakan manusia yang berlebihan.Contohnya, pembangunan perumahan dan vila-vila di lereng pegunungan telah mengakibatkan banjir besar pada daerah di bawahnya.Jadi, jumlah penduduk semakin besar menyebabkan pemukiman yang terus berkembang dan akhirnya berpengarubesar pula terhadap lingkungan.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan manusia tidak jarang memberikan dampak negative, yaitu kerusakan lingkungan hidup.Kerusakan lingkungan hidup merupakan problema besar yang di alami umat manusia sekarang ini.Bahkan, isu tentang HAM, demokrasi, dan lingkungan.
IV.          BEBERAPA TEORI BENTUK HUBUNGAN MANUSIA DAN LINGKUNGAN
Teori-teori yang berorientasi deterministik lebih banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena kognisi ligkungan.Dalam hal ini, teori yang digunakan adalah teori Gestalt.Menurut teori Gestalt, proses persepsi dan kognisi manusia lebih penting daripada memepelajari perilaku tampak nya (overt behaviour). Bagi Gestalt, perilaku manusia lebih disebabkan oleh proses-proses persepsi. Dalam kaitannya dengan Psikologi Lingkungan, maka persepsi lingkungan merpakan salah satu aplikasi dari teori Gestalt.
Teori yang berorientasi lingkungan dalam Psikologi lebih banyak dikaji oleh behavioristik.Perilaku terbentuk karena pengaruh umpan balik (pengaruh positif dan negatif) dan pengaruh modelling. Dilukiskan bahwa manusia sebagai black-box yaitu kotak hitam yang siap dibentuk menjadi apa saja. Dalam Psikologi Lingkungan, teori yang berorientasi lingkungan, salah satu aplikasinya adalah geographical determinant yaitu teori yang memandang perilaku manusia lebih ditentukan faktor lingkungan dimana manusia hidup yaitu apakah di pesisir, di pegunungan, ataukah di daratan. Adanya perbedaan lokasi di mana tinggal dan berkembang akan menghasilkan perilaku yang berbeda.
Kedua orientasi teori tersebut bertentangan dalam menjelaskan perilaku manusia.Orientasi ketiga merupakan upaya sintesa terhadap orientasi teori pertama dan kedua.Premis dasar dari teori ini menyatakan bahwa perilaku manusia selain disebabkan factor lingkungan, juga disebabkan faktor internal.Artinya, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan lingkungan dapat dipengaruhi oleh manusia. Salah satu teori besar yang menekankan interaksi manusia-lingkungan dalam Psikologi adalah teori Medan dari Kurt Lewin dengan formula B = f (E,O). Periaku merupakan fungsi dari lingkungan dan organisme.Berdasarkan premis dasar tersebut, muncul beberapa teori mini dalamPsikologi seperti teori beban lingkungan, teori hambatan perilaku, teori level adaptasi, stres lingkungan, dan teori ekologi. Berikut ini akan dipaparkan teori mini tersebut.

A.    TEORI BEBAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENT-LOAD THEORY)
Premis dasar teori ini adalah manusia mempunyai kapasitas yang terbatas dalam pemprosesan informasi. Menurut Cohen (Fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), ada 4 asumsi dasar teori ini yaitu :
1.    Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemprosesan informasi.
2.    Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan informasi, prosesperhatian tidak akan dilakukan secara optimal.
3.    Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif. Artinya, signifikasistimulus akan dievaluasi melalui proses pemantauan dan keputusanna dibuat atasdasar respon pengatasan masalah. Jika stimulus yang merupakan stimulus yang dapatdiprediksikan dan dapat dikontrol, stimulus tersebut semakin mempunyai maknauntuk diproses lebih lanjut. Tetapi jika stimulus yang masuk merupakan stimulusyang tidak dapat diprediksikan atau tidak dapat dikontrol, perhatian kecil ataumungkin pengabaian perhatian akan dilakukan. Akibatnya, pemrosesan informasitidak akan berlangsung.
4.    Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan sepanjang waktu, tetapisesuai dengan kebutuhan.
B.    TEORI HAMBATAN PERILAKU (BEHAVIOUR CONSTRAINTS THEORY)
Premis dasar teori ini adalah stimulasi yang berlebih atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan dalam kapasitas pemrosesan informasi.Akibatnya, orang merasa kehilangan kontrol terhadap situasi yang sedang berlangsung (Fisher dkk, 1984).Perasaan kehilangan kontrol merupakan langkah awal dari teori kendala perilaku.
Istilah ‘hambatan’ berarti terdapat ‘sesuatu’ dari lingkungan yang membatasi (atau menginterferensi dengan sesuatu), apa yang menjadi harapan. Hambatan dapat menucul, baik secara aktual dari lingkungan atau pun interpretasi kognitif.Dalam situasi yang diliputi perasaan bahwa ada sesuatu yang menghambat perilaku, orang merasa tidak nyaman. Pengatasan yang dilakukan adalah orang mencoba menegaskan kembali control yang dimiliki dengan cara melakukan antisipasi faktor-faktor lingkungan yang membatasi kebebasan perilaku. Usaha tersebut dikatakan sebagai reaktansi psikologis (psychological reactance). Jika usaha tersebut gagal, muncul ketidakberdayaan yang dipelajari atau learned helplessness (Veitch & Arkkelin, 1995).
Averill (dalam Fisher. 1984) mengatakan bahwa ada beberapa tipe control terhadap lingkungan yaitu kontrol perilaku, kontrol kognitif, dan kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan mengarahkan perilaku untuk mengubah lingkungan misalnya mengurangi suasana yang bising, membuat jalan tidak berkelok-kelok, membuat tulisan/angka dalam tiap lantai di gedung yang bertingkat, atau membuat pagar hidup untuk membuat rumah bernuansa ramah lingkungan.Kontrol kognitif dengan mengandalkan pusat kendali di dalam diri, artinya mengubah interpretasi situasi yang mengancam menajdi situasi penuh tantangan.Kontrol kputusan, dalam hal ini, orang mempunyai kontrol terhadap alternatif pilihan yang ditawarkan. Semakin besar control yang dapat dilakukan, akan lebih membantu keberhasilan adaptasi.
Teori kendala perilaku ini banyak dikembangkan Altman.Konsep penting dari Altman (Gifford, 1987) adalah bagaimana seseorang memperoleh kontrol melalui privasi agar kebebasan perilaku dapat diperoleh. Dinamika psikologis dari privasi merupakan proses sosial antara privasi, teritorial, dan ruang personal. Privasi yang optimal terjadi ketika privasi ang yang dibutuhkan sama dengan privasi yang dirasakan. Privasi yang terlalu besar menyebabkan orang merasa terasing, sebaliknya terlalu banyak orang lain yang tidak diharapkan, perasaan kesesakan (crowding) akan muncul sehingga orang merasa privasinya terganggu.
Selanjutnya dijelaskan oleh Altman (dalam Giford, 1987) bahwa privasi pada dasarnya merupakan konsep yang terdiri atas proses 3 dimensi. Pertama, privasi merupakan proes pengontrolan boundary.Artinya, pelanggaran terhadap boundary ini merupakan pelanggaran terhadap privasi seseorang.Kedua, privasi dilakukan dalam upaya memperoleh optimalisasi. Seseorang menyendiri bukan berarti ia ingin menghindarkan diri dari kehadiran orang lain atau keramaian, tetapi lebih merupakansuatu kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Ketiga, privasi merupakan proses multi mekanisme. Artinya, ada banyak cara yang dilakukan orang untuk memperoleh privasi, baik melalui ruang personal, teritorial, komunikasi verbal, dan komunikasi non verbal.
Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah geografis untuk mencapai privasi yang optimal. Dalam kaitannya dengan usaha memeproleh privasi adalah menyusun kembali setting fisik atau pindah ke lokasi lain. Penyusunan kembali setting dapat dilakukan dengan pembuatan teritori yang diwujudkan seperti membuat pagar, membuat ‘tanda kepemilikan’ atau marking pada loksi-lokai di sungai, pegunungan, atau pun di bukit (Helmi, 1994).

C.   TEORI LEVEL ADAPTASI
Teori ini pada dasarnya sama dengan teori beban lingkungan. Menurut teori ini,stimulasi level yang rendah maupun level tinggi mempunyai akibat negatif bagi perilaku.Level stimulasi yang optimal adalah yang mampu mencapai perilaku yang optimalpula(Veitch & Arkkelin, 1995).Dengan demikian dalam teori ini dikenal perbedaan individudalam level adaptasi.
Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu disonansi dalam suatu sistem, artinyaketidakseimbangan antara interaksi manusia dengan lingkungan, tuntutan lingkunganyang berlebih atau kebutuhan yang tidak sesuai dengan situasi lingkungan. Dalam hal ini,adaptasi merupakan suatu proses modifikasi kehadiran stimulus yang berkelanjutan.Semakin sering stimulus hadir maka akan terjadi pembiasaan secara fisik yang disebutsebagai habituasi dan terjadi pembiasaan secara psikis yang disebut adaptai. Dalamkaitannya dengan adaptasi, proses pembiasaan ini bukan bersifat mekanistik tetapi lebihmerupakan antisipatif (Heimstra & Mc Farling, 1982). Dikatakan Helmi (19950 behwaketika seseorang mengalami proses adaptasi, perilakunya diwarnai kontradiksi antaratoleransi terhadap kondisi yang menekan dan perasaan ketidakpuasan sehingga orangakan melakukan proses pemilihan dengan dasar pertimbangan yang rasional antara lainmemaksimalkan haisl dan meminimalka biaya.
Salah satu teori beban lingkungan adalah teori adaptasi stimulasi yang optimaloleh Wohwill (dalam Fisher, 1984) menyatakan bahwa ada 3 dimensi hubungan perilakulingkungan yaitu:
1.    Intensitas.
Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit orang disekililing kita, akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang meyebabkan perasaan sesak (crowding) dan terlalu sedikit menyebabkan orang merasa terasing (socialisolation).
2.    Keanekaragaman.
Keanekaragaman benda atau manusia berakibat terhadap pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan kekurangan anekaragaman membuat perasaan monoton.
3.    Keterpolaan.
Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan memprediksi.Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit menyebabkan beban dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah diprediksi.

D.   TEORI STRES LINGKUNGAN (ENVIRONMENT STRSS THEORY)
Teori stres lingkungan pada dasarnya merupakan aplikasi teori stres dalam lingkungan. Berdasarkan model input – process – output, maka ada 3 pendekatan dalamstres yaitu stres sebagai stressor, stres sebagai respon/rekasi, dan stres sebagai proses. Oleh karenanya, stres terdiri atas 3 komponen yaitu stressor, proses, dan respon.Stressor merupakan sumber atau stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang, misalnya suara bising, panas, atau kepadatan tinggi.Respon stres adalah reaksi yang melibatkankomponen emosional, fikiran, fisiologis, dan perilaku. Proses merupakan proses transaksi antara stressor dengan kapasitas dengan kapasitas diri. Oleh karenanya, istilah stres tidak hanya merujuk pada sumber stres, respon terhadap sumber stres saja, tetapi keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989).Artinya, ada transaksi antara sumber stres dengan kapasitas diri untuk menentukan reaksi stres. Jika sumber stres lebih besar daripada kapasitas diri maka stres negatif akan muncul, sebaliknya jika sumber tekanan sama dengan atau kurang sedikit dari kapasitas diri maka stres positif akan muncul. Dalam kaitannya dengan stres lingkungan, ada transaksi antara karakteristik lingkungan dengan karakteristik individu yang menentukan apakah situasi yang menekan tersebut menimbulkan stres atau tidak. Udara panas bagi sebagian orang menurunkan kinerja,tetapi bagi orang lain yang terbiasa tinggal di daerah gurun, udara panas tidak menghambat kinerja.
Ada tiga tahap stres dari Hans Selye yaitu tahap reaksi tanda bahaya, resitensi, dan tahap kelelahan. Tahap reaksi tanda bahaya adalah tahap dimana tubuh secara otomatis menerima tanda-tanda bahaya yang disampaikan indra. Tubuh siap menerima ancaman atau menghindar terlihat dari otot menegang, keringat keluar, sekresi adrenalin meningkat, jantung berdebar karena darah dipompa lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. Tahap resistensi atau proses stres. Proses stres tidak hanya bersifat otomatis hubungan antara stimulus-respon, tetapi dalam proses di sini telah muncul peran-peran kognisi. Model psikologis menekankan peran interpretasi dari stressor (Prawitasari, 1989) yaitu penilaian kognitif apakah stimulus tersebut mengancam atau membahayakan.Proses penilaian terdiri atas 2 yaitu penilaian primer dan sekunder. Penilaian primer merupakan evaluasi situasi apakah sebagai sesuatu yang mengancam, membahayakan, ataukah menantang.Penilaian sekunder merupakan evaluasi terhadap sumber dayadimiliki, baik dalam arti fisik, psikis, sosial, maupun materi. Proses penilaian primer dan sekunder akan menentukan strategi koping. Strategi koping (Fisher, 1984) dapat diklasifikasikan dalam direct action (pencarian informasi, menarik diri, atau mencoba menghentikan stressor) atau bersifat palliatif yaitu menggunakan pendekatan psikologis (merasinalisasi, meditasi, menilai ulang situasi dsb). Jika respon koping tidak adekuat mengatasi stressor, padahal semua enegi telah dikerahkan, orang akan masuk fase ketiga yaitu tahap kelelahan. Tetapi jika orang sukses, maka orang dikatakan mampu melakukan adaptasi. Dalam proses adaptasi tersebut memang mengeluarkan biaya dan sekaligus memetik manfaat.

E.    BEBERAPA EKOLOGI (ECOLOGICAL THEORY)
Perilaku manusia merupakan bagian dari kompleksitas ekosistem (Hawley dalam Himmam & Faturochman, 1994), yang mempunyai beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
1.    Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan.
2.    Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara manusia-lingkungan.
3.    Interaksi manusia – lingkungan bersifat dinamis.
4.    Interaksi manusia – lingkugan terjadi dalam berbagai level dan tergantung padafungsi.
Salah satu teori yang didasarkan atas pandangan ekologis adalah behavior setting (setting perilaku) yang dipelopori oleh Robert Barker dan Alan Wicker. Premisutama teori ini organism environment fit model yaitu kesesuaian antara rancanganlingkungan dengan perilaku yang diakomodasikan dalam lingkungan tersebut. Oleh karenanya, dimungkinkan adanya pola-pola perilaku yang telah tersusun atau disebut dengan ‘program’ yang dikaitkan dengan setting tempat. Teori ini kurang mempertahankan proses psikologis dari perbedaan individual dan lebih menekankan uniformitas atau perilaku kolektif. Hubungan antara manusia-lingkungan lebih dijelaskan dari sisi sifat atau karakteristik sosial seperti kebiasaan, aturan, aktivitas tipikal, dan karakteristik fisik.Dengan mengetahui setting tempat maka dapat diprediksikan perilaku/aktivitas yang terjadi (Gifford, 1987; Veitch & Arkkelin, 1995).
Kritik terhadap pemikiran Barker adalah bagaimana jika dalam suatu setting terlalu besar atau terlalu kecil?Bagaimana pengaruh setting yang terlalu kecil atau terlalu besar terhadap perilaku?Jika dalam suatu setting terlalu banyak partisipan yang melebihi kapasitas setting untuk beraktivitas, hal ini disebut dengan evermanning (understaffing).Strategi adaptasi apa yang harus digunakan dalam situasi overmanning? Pertama, meningkatkan kapasitas setting fisik yaitu memperluas atau meninggalkan setting.Kedua, melakukan kontrol terhadap orang yang akan masuk dalam setting. Dalam situasi undermanning setting maka yang dilakukan dengan meningkatkan peran/role dalam rangka meningkatkan aktivitas dalam setting tersebut (Gifford, 1984; Veitch & Arkkellin, 1995). 

F.    PERBANDINGAN TEORI
Berdasarkan uraian mengenai 5 teori mini, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.    Ke lima teori tersebut disusun atas dasar interaksi manusia-lingkungan. Selain teoriekologi, keempat teori memperlihatkan adanya kapasitas yang terbatas pada manusiadalam pemrosesan informasi, khususnya informasi yang berkaitan dengan stimulasilingkungan fisik. Indikator yang spesifik tentang keterbatasan kemampuan padamanusia terlihat pada teori beban lingkungan dengan dasar-dasar kompetensi kognitifyaitu lebih khusus adalah kemampuan pemrosesan informasi. Demikian halnyadengan teori stres lingkungan, indikator dari stres lingkungan dapat dilihat pada levelindividu, terlihat pada respon stres yang tercermin dari penurunan kemampuankognisi, perubahan perilaku, emosi, dan respon fisiologis. Indikator psikologis dariteori hambatan perilaku dan teori adaptasi tidak jelas, apakah komponen kognitif,afektif, ataukah perilaku.
2.    Teori ekologi lebih menekankan faktor lingkungan daripada faktor perbedaanindividual. Penerapan dalam masalah-masalah psikologi perlu mendapatkan perhatianterutama jika level analisisnya adalah individu yang mendasarkan diri pada perbedaanindividu.
3.    Indikator mengenai person environment fit model juga tidak jelas. Kesesuaian antaralingkungan dengan manusia masih bersifat subjektif, belum ada indikator yang pasti.
Seperti dalam teori beban lingkungan, yang dimaksud dengan beban yang optimalitu seberapa jauh?Dalam teori hambatan perilaku, sejauh mana ‘sesuatu’ dianggap sebagai penghambat perilaku? Dalam teori level adaptasi, sejauh mana stimulasi lingkungan itu dipersepsikan sebagai level adaptasi yang optimal? Dalam teori stres, transaksi manusia-lingkungan menghasilkan stres positif.

V.            DAFTAR PUSTAKA
Heimstra, N.W., & Mc Farling, L.H. 1982. Environmntal Psichology. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Helmi,A.F.,1994. Hidup di Kota Semakin Sulit.Bagaimana Strategi Adaptasi yang Efektif dalam Situasi Kepadatan Sosial? Buletin Psikologi, II(2)1-5.
Helmi, A.F., 1995. Strategi Adaptasi yang Efektif dalam Situasi Kepadatan Sosial.Tesis.(tidak diterbitkan). Yogyakarta: Proram Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
Himmam, F., & Faturohman.1995. Analisis Profil Wawasan Masyarakat terhadap Lingkungan di daerah Industri. Laporan Penelitian. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi GM. Bantuan dana bank Dunia XXI.
Holahan C.J. 1982. Environmental Psychology. New York: Random House.
Veitch, R. & Arkkelin, D., 1995. Environmental Psychology: An Interdisciplinary Perspective. New Jersey: Prentices Hall.