HUBUNGAN MANUSIA DENGAN LINGKUNGAN
OLEH : RENI SELVIANA
NPM : 13131011003
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLY EFFENDI RAHIM
NPM : 13131011003
DOSEN PEMBIMBING : Prof. SUPLY EFFENDI RAHIM
I.
PENDAHULUAN
A. Pengertian Manusia.
Manusia adalah makhluk hidup ciptaan tuhan
dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam,
mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, mati, dan seterusnya, serta
terkait dan berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan
timbal balik positif maupun negatif.
Manusia adalah makhluk yang terbukti
berteknologi tinggi. Ini karena manusia memiliki perbandingan massa otak dengan
massa tubuh terbesar diantara semua makhluk yang ada di bumi. Walaupun ini
bukanlah pengukuran yang mutlak, namun perbandingan massa otak dengan tubuh
manusia memang memberikan petunjuk dari segi intelektual relatif.
Manusia atau orang dapat diartikan dari sudut
pandang yang berbeda-beda, baik itu menurut biologis, rohani, dan istilah kebudayaan, atau secara
campuran. secara biologis, manusia diklasifikasikan sebagai homo sapiens
(bahasa latin untuk manusia) yang merupakan sebuah spesies primata dari
golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Manusia juga sebagai mahkluk individu memiliki
pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya baik dan sesuai dengan
tindakan-tindakan yang akan diambil. Manusia pun berlaku sebagai makhluk sosial
yang saling berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat
tinggalnya.
B. Pengertian Lingkungan.
Lingkungan adalah suatu media dimana makhuk
hidup tinggal, mencari penghidupannya, dan memiliki karakter serta fungsi yang
khas yang terkait secara timbal balik dengan keberadaan makhluk hidup yang
menempatinya, terutama manusia yang memiliki peranan yang lebih kompleks.
Kehidupan manusia tidak bisa dipisahkan dari
lingkungannya.Baik lingkungan alam maupun lingkungan sosial.Kita bernapas memerlukan
udara dari lingkungan sekitar.Kita makan, minum, menjaga kesehatan, semuanya
memerlukan lingkungan. Pengertian lain dari lingkungan adalah segala sesuatu
yang ada disekitar manusia yang memengaruhi perkembangan kehidupan manusia baik
langsung maupun tidak langsung.
Lingkungan bisa dibedakan menjadi lingkungan
biotik dan abiotik.Jika kalian berada di sekolah, lingkungan biotiknya berupa
teman-teman sekolah, bapak ibu guru serta karyawan, dan semua orang yang ada di
sekolah, juga berbagai jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta
hewan-hewan yang ada disekitarnya.Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja
kursi, papan tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada
disekitar.
Seringkali lingkungan yang terdiri dari sesama
manusia disebut juga sebagai lingkungansosial.Lingkungan sosial inilah yang
membentuk sistem pergaulan yang besar peranannya dalam membentuk kepribadian
seseorang.
C. Korelasi Antara Manusia dengan Lingkungan.
1. Pengertian Ekologi
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi
antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainya.Berasal dari kata Yunani
oikos (“habitat”) dan logos (“ilmu”).Ekologi berarti ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya.Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernest Haecke
(1834-1914). Dalam ekologi,makhluk
hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya.
Kita mengenal beberapa definisi untuk ekologi,
misalnya:
Ø Ekologi ialah cabang
biologi yang mempelajari hubungan timbal balik manusia dengan lingkungannya.
Ø Ekologi ialah studi
ilmiah tentang interaksi yang menentukan penyebaran dan kepadatan makhluk
hidup.
Ø Ekologi ialah biologi
lingkungan.
Bertolak dari definisi ekologi ialah ilmu yang
mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya maka
ekologi dapat juga diartikan sebagai imu yang membahas hubungan manusia dan
lingkungannya dipandang dari kepentingan dan kebutuhan manusia terhadap lingkungan itu sendiri.
Ekologi merupakan cabang ilmu yang masih
relatif baru, yang baru muncul pada tahun 70-an. Akan tetapi, ekologi mempunyai
pengaruh yang besar terhadap cabang biologinya.Ekologi mempelajari bagaimana
makhluk hidup dapat mempertahankan kehidupannya dengan mengadakan hubungan
antara makhluk hidup dengan benda tidak hidup di tempat hidup atau
lingkungannya.Ekologi, biologi dan ilmu kehidupan lainnya saling melengkapi
dengan zoologi dan botani yang menggambarkan bahwa ekologi mencoba
memperkirakan dan menggambarkan sebagai besar rantai makanan manusia.
Para ahli ekologi mempelajari perpindahan
energi dan materi dari makhluk hidup yang satu kepada makhluk hidup yang lain
dalam lingkungannya serta faktor-faktor yang menyebabkannya. Serta perubahan
populasi atau spesies pada waktu yang berbeda dalam faktor-faktor yang
menyebabkannya.Terjadi hubungan antarspesies (interaksi antarspesies) makhluk
hidup dan hubungan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Kini para
ekolog(orang yang mempelajari ekologi) berfokus kepada ekowilayah bumi dan
riset perubahan iklim.
Terkadang ekologi dibandingkan dengan
antropologi, sebab keduanya menggunakan banyak metode untuk mempelajari suatu
hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.Antropologi ialah
tentang bagaimana tubuh dan pikiran kita dipengaruhi lingkungan kita, sedangkan
ekologi ialah tentang bagaimana lingkungan kita dipengaruhi tubuh dan pikiran
kita.
2. Lingkungan Hidup Manusia.
Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 Pasal
1 Angka 1 mengartikan Lingkungan Hidup sebagai “kesatuan ruang dengan kesemua
benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang
mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk
hidup lainnya”.
Manusia hidup, tumbuh, dan berkembang dalam
lingkungan alam dan budayanya.Dalam lingkungan alamnya manusia hidup dalam
sebuah ekosisten yakni, suatu unit atu satuan fungsional dari makhluk-makhluk
hidup dengan lingkungannya. Dalam ekosisten terdapat komponen abiotik pada
umumnya merupakan faktor lingkungan yang mempengaruhi makhluk-makhluk hidup
diantaranya: tanah, udara atau gas-gas yang membentuk atmosfer, air, cahaya,
suhu atau temperatur, Sedangkan komponen biotik diantaranya adalah: produsen,
konsumen, pengurai.
Manusia hidup pasti mempunyai hubungan dengan
lingkungan hidupnya, lebih dari itu, manusia telah berusaha pula mengubah
lingkungan hidupnya demi kebutuhan dan kesejahteraan.Dari sinilah lahir
peradapan istilah Toynbee sebagai akibat dari kemampuan manusia mengatasi
lingkungan.Lingkungan hidup tidak bisa di pisahkan dari ekosistem atau system
ekologi.Ekosistem adalah satuan kehidupan yang terdiri atas suatu komunitas
makhluk hidup (dari berbagai jenis) dengan berbagai benda mati membentuk suatu
system.Lingkungan hidup pada dasarnya adalah suatu system kehidupan dimana
terdapat campur tangan manusia terhadap tatanan ekosistem.Manusia adalah bagian
dari ekosistem.Lingkungan dapat pula berbentuk lingkungan fisik dan non
fisik.Lingkungan alam dan buatan adalah Lingkungan fisik.Sedangkan lingkungan
nonfisik adalah lingkungan social budaya dimana manusia itu berada.Lingkungan
amat penting bagi kehidupan manusia.
Segala yang ada pada lingkungan dapat
dimanfaatkan oleh manusia untuk mencukupi kebutuhan hidup manusia, karma
lingkungan memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk mendukung
perkehidupan manusia dan makhuk hidup lainya arti penting lingkungan bagi
manusia karena lingkungan merupakan tempat hidup manusia, Lingkungan memberi
sumber-sumber penghidupan manusia, Lingkungan memengaruhi sifat, karakter, dan
perilaku manusia yang mendiaminya.
II. MANUSIA MEMPUNYAI BANYAK KEBUTUHAN TERHADAP
SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN
Lingkungan yang merupakan kesatuan ruang
dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan
kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya, bagaimanapun juga akan
tercemar, dengan masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan
atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau berubahnya tatanan lingkungan
oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun
sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau
tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.
Oleh karena itu fakta yang menunjukkan bahwa
tingkat kerusakan lingkungan sudah sangat tinggi dan cenderung makin meninggi,
relatif mudah untuk ditemukan. Berita tentang terjadinya pencemaran lingkungan,
baik pencemaran udara, air maupun tanah dengan segala aspek yang terdapat
didalamnya sering kita temukan baik di dalam media massa cetak maupun media
elektronik. Fenomena mengindikasikan bahwa kerusakan lingkunagn sudah merupakan
bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia.Mengingat bahwa pembangunan
merupakan aktifitas utama dari setiap Negara dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan warganya, dapat dikatakan bahwa kerusakan lingkungan sudah
merupakan bagian yang tidak dapat dihindarkan dari kegiatan pembangunan.
Lingkungan yang tercemar akibat kegiatan
manusia maupun proses alam akan berdampak negative pada kesehatan, kenikmatan
hidup, kemudahan, efisiensi, keindahan, serta keseimbangan ekosistem dan sumber
daya alam. Oleh karena itu perlindungan lingkungan merupakan suatu keharusan
apabila meninginkan lingkungan yang lestari sehingga kegiatan ekonomi dan
kegiatan lain dapat berkesinambungan.
Apabila demikian halnya maka pengelolaan
lingkungan hidup merupakan suatu keharusan.Pengelolaan lingkungan hidup adalah
upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan,
pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup.
Pengelolaan lingkungan hidup bertujuan :
1. Memperoleh keselamatan hubungan antara manusia dan lingkungan.
2. Mengendalikan pemanfaatan sumber daya secara bijaksana.
3. Mewujudkan manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup.
4. Melaksanakan pembangunan berwawasan lingkungan hidup untuk
generasi sekarang maupun yang akan datang.
5. Melindungi negara terhadap dampak kegiatan di luar wilayah
negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
pengelolaan lingkungan hidup merupakan penaggulangan dampak negatif kegiatan
manusia yang bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan. Dengan telah
ditentukannya tujuan pengelolaan lingkungan hidup maka tugas selanjutnya ialah
menetukan strategi, kebijaksanaan dan langkah/ taktik pengelolaan lingkungan
hidup.Strategi dalam hal ini adalah haluan dalam garis besar sedang
kebijaksanaan adalah upaya atau tindakan umum untuk mencapai tujuan, langkah
atau taktik adalah upaya terinci untuk mencapai tujuan yang disesuaikan dengan
situasi dan kondisi setempat.
Perlindungan lingkungan yang bertujuan
memperoleh kualitas lingkungan yang baik, baik sekarang maupun yang akan
datang, memerlukan usaha yang sungguh-sungguh terutama dalam hal :
1. Inventarisasi situasi lingkungan sekarang.
2. Lembaga serta organisasi yang khusus menangani masalah
lingkungan baik di pusat maupun di daerah terutama menentukan penyimpangan,
denda, kepada siapa denda harus dibayar, serta yang membuat laporan tahunan
situasi kualitas lingkungan per tahun.
3. Cara penyelesaian soal secara ilmiah, terencana dan politis.
4. Evaluasi terus-menerus terhadap program-program lingkungan serta
persyaratan-persyaratan pembangunan proyek-proyek yang harus memenuhi atau
mengajukan laporan, selain dampak sosial ekonomis proyek, juga dampak proyek
pada lingkungan hidup.
Sementara ini telah diundangkan Undang-undang
RI No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup untuk menggantikan
Undang-undang No. 4 tahun 1982. Undang-undang inilah yang akan menjadi pokok
dasar tolak undang-undang lain, peraturan pelaksanannya serta kebijaksanaan
pemerintah. Untuk dapat menilai apakah kebijaksanaan itu cukup baik atau tidak
tergantung pada apakah kebijaksanaan tersebut memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria menilai kebijaksanaan terhadap lingkungan tersebut adalah :
1. Kebijaksanaan harus dapat diandalkan (dependable) artinya
kebijaksanaan itu harus dapat dipercaya dalam hal mencapai tujuan yang telah
digariskan dan kebijaksanaan tersebut dapat dilaksanakan secara pasti dan
otomatis.
2. Kebijaksanaan yang baik itu sedapat mungkin dapat diperlakukan
secara permanen dan dapat disesuaikan dengan pertumbuhan ekonomi.
3. Kebijaksanaan harus mengarah kepada pemerataan.
4. Kebijaksanaan harus dapat mendorong orang untuk berusaha secara
maksimum.
5. Kebijaksanaan harus mengarah ke efisiensi.
6. Kebijaksanaan itu baik bila terdapat penerimaan suka rela dari
pihak-pihak yang bersangkutan.
Peranan Manusia yang bersifat negatif terhadap
lingkungan antaralain sebagai berikut:
1. Eksploitasi yang melampaui batas sehingga persediaan Sumber Daya Alam makin menciut (depletion);
2. Punah atau merosotnya jumlah keanekaan jenis biota;
3. Berubahnya ekosistem alami yang mantap dan seimbang menjadi
ekosistem binaan yang tidak mantap karena terus menerus memerlukan subsidi
energi;
4. Berubahnya profil permukaan bumi yang dapat mengganggu
kestabilan tanah hingga menimbulkan longsor;
5. Masuknya energi bahan atau senyawa tertentu ke dalam lingkungan
yang menimbulkan pencemaran air, udara, dan tanah. hal ini berakibat menurunnya
kualitas lingkungan hidup. Pencemaran dapat menimbulkan dampak negatif pada
lingkungan dan terhadap manusia itu sendiri.
Peranan Manusia yang menguntungkan lingkungan
antara lain:
1. Melakukan eksploitasi Sumber Daya Alam secara tepat dan
bijaksana terutama SDA yang tidak dapat diperbaharui;
2. Mengadakan penghijauan dan reboisasi untuk menjaga kelestarian
keaneka jenis flora serta untuk mencegah terjadinya erosi dan banjir;
3. Melakukan proses daur ulang serta pengolahan limbah agar kadar
bahan pencemar yang terbuang ke dalam lingkungan tidak melampaui nilai ambang
batasnya;
4. Melakukan sistem pertanian secara tumpang sari atau multi kultur
untuk menjaga kesuburan tanah. Untuk tanah pertanian yang miring dibuat
sengkedan guna mencegah derasnya erosi serta terhanyutnya lapisan tanah yang
mengandung humus;
5. Membuat peraturan, organisasi atau undang-undang untuk
melindungi lingkungan dan keanekaan jenis makhluk hidup.
III. MANUSIA PERLU MEMANFAATKAN LINGKUNGAN DENGAN
BIJAK
Teori Etika Lingkungan Hidup
A. Antroposentrisme
Antroposenstrisme (antropos=manusia) adalah
suatu pandangan yang menempatkan manusia sebagai pusat dari alam semesta. Dalam
konteks lingkungan hidup, tesis dasar dari antropsenterisme adalah pemanfaatan
terhadap lingkungan hidup harus tunduk pada kepentingan manusia.Lingkungan
dalam konteks ini hanya memiliki nilai instrumental, sebagai obyek eksploitasi,
eksperimen untuk kepentingan manusia.Manusia dalam konteks ini merupakan
satu-satunya subyek moral.
Beberapa Tinjauan Kritis terhadap:
Ø Didasarkan pada
pandangan filsafat yang mengatakan bahwa hal yang bernuansa moral hanya berlaku
bagi manusia.
Ø Sangat bersifat
instrumentalistis yaitu pola hubungan manusia dan alam hanya terbatas pada
relasi instrumental semata.
Ø Sangat bersifat
teleologis, karena pertimbangan yang diambil untuk peduli terhadap alam
didasarkan pada akibat dari tindakan itu bagi kepentingan manusia.
Ø Teori ini telah dituduh
sebagai salah satu penyebab bagi terjadinya krisis lingkungan hidup.
Ø Walau banyak kritik
dilontarkan kepada teori antroposentrisme, namun sebenarnya argumen di dalamnya
cukup sebagai landasan yang kuat bagi pengembangan sikap kepedulian terhadap alam.
B. Biosentrisme
Biosentrisme merupakan kebalikan dari
antroposentrisme.Biosentrisme merupakan suatu pandangan yang menempatkan alam
sebagai yang mempunyai nilai dalam dirinya sendiri, bukan tergantung pada
manusia.Oleh karena itu, bukan hanya manusia yang memiliki hak untuk berada,
tetapi juga alam.Manusia dalam konteks biosentrisme hanya merupakan salah satu
bagian dari alam.Seperti manusia memiliki nilai pada dirinya sendiri,
demikianpun bagian-bagian itu memiliki nilai di dalam dirinya sendiri.Dalam
konteks ini, biosentrisme merupakan sebuah komunitas moral, dimana semua bagian
dari komunitas itu memiliki nilai moral.
Beberapa Tinjauan Kritis :
Ø Menekankan kewajiban
terhadap alam bersumber dari pertimbangan bahwa kehidupan adalah sesuatu yang
bernilai, baik kehidupan manusia maupun spesis lain di bumi ini.
Ø Melihat alam dan
seluruh isinya mempunyai harkat dan nilai dalam dirinya sendiri.
Ø Memandang manusia
sebagai makhluk biologis yang sama dengan makhluk biologis lainnya.
Ø Pada intinya teori
biosentrisme berpusat pada komunitas biotis dan seluruh kehidupan yang ada di
dalamnya.
Ø Teori ini memberi
bobot dan pertimbangan moral yang sama kepada semua makhluk hidup.
C. Ekosentrisme
Ekosentrisme merupakan perluasan dari
bisentrisme.Biosentrisme menekankan komunitas bilogis yang hidup, sedangkan
ekosentrisme memberikan perhatian pada komunitas biologis yang hidup dan
mati.Ekosentrisme dalam konteks ini merupakan suatu paham yang mengajarkan
bahwa baik komunitas biologis yang hidup maupun yang mati saling berkaitan satu
sama lain. Air, udara, cahaya, tanah dan lain sebagainya sangat menentukan
kualitas komunitas biologis.
Beberapa Tinjauan Kritis:
Ø Versi lain dari
ekosentrisme adalah Deep Ecology yang diperkenalkan oleh Arne Naes (filsuf
norwegia).
Ø Deep Ecology disebut sebagai ecosophy, yang berarti kerifan
mengatur hidup selaras dengan alam sebagai sebuah rumah tangga dalam arti luas.
Deep Ecology menganut prinsip biospheric egalitarianism, yaitu pengakuan bahwa
semua organisma dan makhluk hidup adalah anggota yang sama statusnya dari suatu
keseluruhan yang terkait sehingga mempunyai martabat yang sama. Dia tidak hanya
memusatkan perhatian pada dampak pencemaran bagi kesehatan mausia, tetapi juga
pada kehidupan secara keseluruhan .Deep ecology mengatasi sebab utama yang
paling dalam dari pencemaran, dan
bukan sekedar dampak superfisial dan jangka pendek.
Sumber alam dapat digolongkan ke dalam dua
bagian yakni:
Ø Sumber alam yang dapat
diperbaharui (renewable resources) atau disebut pula sumber-sumber alam biotik.
Yang tergolong ke dalam sumber alam ini adalah semua makhluk hidup, hutan,
hewan-hewan, dan tumbuhan-tumbuhan.
Ø Sumber alam yang tidak
diperbaharui (nonrenewable resources) atau disebut pula sebagai golongan sumber
alam biotik. Yang tergolong ke dalam sumber abiotik adalah tanah, air,
bahan-bahan galian, mineral, dan bahan-bahan tambang lainnya.
Sumber alam biotik mempunyai kemampuan diri
atau bertambah, misalkan tumbuhan dapat berkembang biak dengan biji atau spora,
dan hewan-hewan menghasilkan keturunannya dengan telur atau melahirkan. Oleh
karena itu sumber daya alam tersebut dikatakan sebagai sumber daya alam yang
masih dapat diperbaharui.Lain halnya dengan sumber daya alam abiotik yang tidak
dapat memperbaharui dirinya. Bila sumber minyak, batu bara atau bahan-bahan
lainnya telah habis digunakan manusia, maka habislah bahan-bahan tambang
tersebut.
Sumber alam biotik dapat terus digunakan
atau dimanfaatkan oleh manusia, bila manusia menggunakannya secara bijaksana
dalam penggunaan berarti memperhatikan siklus hidup sumber alam tersebut, dan
diusahakan jangan sampai sumber alam itu musnah. Sebab, jika suatu jenis
spesies di bumi musnah, maka jenis tersebut tidak dapat muncul
kembali.Seharusnya manusia menggunakan dengan baik sumber daya biotik dan
abiotik secara tepat dan bertanggung jawab.
Manusia memandang alam lingkungannya dengan
bermacam-macam kebutuhan dan keinginan.Manusia bersaing dengan spesies lainnya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Dalam hal ini manusia memiliki kemampuan
lebih besar dibandingkan organisme lainnya, terutama dalam penggunaan
sumber-sumber alamnya. Berbagai cara telah dilakukan manusia dalam menggunakan
sumber-sumber alam berupa tanah, air, fauna, flora, bahan-bahan galian, dan
sebagainya.
Namun sesuai dengan kondisi lingkungan saat
ini manusia susah seharusnya melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud
disini bukanlah transformasi yang diartikan sebagai perubahan seluruhnya (dari
teknologi, sosial budaya dan ekonomi).Perubahan disini lebih kepada perubahan
hidup berperilaku, kebiasaan dalam hidup yang menunjang pada penyelamatan
lingkungan, perilaku hidup manusia.
Masih banyak masyarakat kita yang memiliki
kebiasaan yang tidak ramah lingkungan, seperti pengrusakan lingkungan demi
keuntungan semata.Seharusnya manusia berhati-hati dalam mengolah tanah, air,
udara mahluk mahluk yang ada di dunia ini.Khususnya pada lingkungan, manusia
telah begitu banyak menimbulkan kerusakan pada bumi ini. Limbah, kotoran,
sampah dibuang begitu saja tanpa mengindahkan lingkungandan mahluk lain.
Teknik Penilaian Dampak Pembangunan Terhadap
Lingkungan.Ada empat segi pendekatan/teknik penilaian dampak pembangunan
terhadap lingkungan yaitu :
1. Segi Manfaat.
Dari segi manfaat ada empat pendekatan :
a) Teknik Nilai Pasar/Produktivitas.
Teknik ini biasanya dipakai untuk meneliti
pengaruh pembangunan sistem alami seperti pada perikanan, kehutanan, pertanian;
pengaruh pada sistem yang dibangun manusia yaitu gedung, jembatan, bahan; juga
pengaruh pada produk di sektor produsen dan rumah tangga. Kualitas lingkungan
disini adalah faktor produksi.Perubahan dalam kualitas lingkungan menjurus pada
perubahan dalam produktivitas dan biaya produksi, sehingga harga-harga serta
tingkat hasil juga berubah dan ini dapat diukur.
b) Pendekatan Pasar Pengganti (Surrogate Market) Pendekatan ini
dibagi dalam :
1) Barang-barang dan jasa-jasa lingkungan yang dapat dipasarkan.
Jasa lingkungan merupakan subtitut barang privat yang dapat dipasarkan. Misalnya kolam renang swasta merupakan subtitut danau atau sungai, sehingga manfaat tambahan penawaran jasa lingkungan mengakibatkan berkurangnya pembelian barang privat.
Jasa lingkungan merupakan subtitut barang privat yang dapat dipasarkan. Misalnya kolam renang swasta merupakan subtitut danau atau sungai, sehingga manfaat tambahan penawaran jasa lingkungan mengakibatkan berkurangnya pembelian barang privat.
2) Pendekatan Nilai Tanah
Ø Pendekatan Nilai
Milik.
Nilai tanah atau milik dipakai untuk
menentukan kesediaan orang untuk membayar barang lingkungan, yaitu pemanfaatan
nilai pasar untuk mengestimasi secara tidak langsung suatu kurva permintaan
barang lingkungan sehingga dapat dihitung manfaat atau kerugian dari perubahan
dalam kualitas atau suplai di lingkungan tertentu.
Ø Pendekatan Nilai Tanah
Lainnya.
Misalnya diadakan pemeliharaan barang-barang
lingkungan untuk maksud sejarah, pendidikan, kebudayaan, ilmiah dan lain-lain;
terutama untuk generasi mendatang.
3) Pendekatan Selisih Upah.
Seperti diketahui upah tergantung pada permintaan
dan penawaran terhadap tenaga kerja.Secara teoritis permintaan terhadap tenaga
kerja tergantung pada produk fisik marjinal (marginal physical product) tenaga
kerja, sedang penawaran tenaga kerja tergantung pada kondisi kerja dan kondisi
hidup. Oleh karena itu pengendalian polusi udara, perbaikan keindahan atau
amenities kota dan pengurangan resiko kesehatan akan mempertinggi tingkat upah
di kota-kota. Dengan demikian jelas perbaikan lingkungan akan berpengaruh besar
pada tingginya upah.
4) Pendekatan Berdasarkan Biaya Perjalanan/Bepergian.
Pendekatan ini dipakai untuk menilai
barang-barang yang “underpriced” atau dinilai terlalu rendah, misalnya untuk
mencari nilai kurva permintaan “barang-barang” rekreasi. Biasanya makin tinggi
penghasilan seseorang makin besar permintaan terhadap barang rekreasi.
c) Pendekatan Pemanfaatan Data Litigasi (Acara, Proses) atau
Kompensasi.
Dengan acara pengendalian atau proses
perhitungan ganti rugi atau kompensasi/pampasan dibayarkanlah kepada mereka
yang menderita rugi atau kerusakan, sejumlah uang agar mereka menyerahkan hak
terhadap barang lingkungan. Misalnya saja untuk penangkapan ikan di Cilacap
diberikan ganti rugi sebesar rata-rata keuntungan tahunan mereka dibagi dengan
tingkat bunga yang berlaku agar mereka menyerahkan hak menangkap ikan mereka di
daerah yang tercemar oleh pabrik-pabrik di industrial estate Cilacap.
d) Pendekatan dengan Menggunakan Teknik Survey.
Teknik ini ada 2 macam yang semuanya
berdasarkan wawancara di lapangan:
1) Wawancara kemauan membayar atau menerima kompensasi atau
pampasan yang terdiri atas :
Ø Pendekatan Tawar
Menawar.
Asumsi pada pendekatan tawar-menawar ini ialah
bahwa harga barang-barang atau jasa berbeda tergantung pada perubahan dalam
jumlah kualitas yang disuplai.Orang ditanya untuk menilai kelompok-kelompok
yang terdiri dari berbagai barang dan jasa. Pernilaian didasarkan pada
kesediaan orang untuk membayar sekelompok barang yang lebih baik atau kesediaan
menerima pembayaran bila diperoleh barang dan jasa yang lebih inferior.
Ø Konsep Alokasi
Anggaran.
Konsep alokasi anggaran pada hakikatnya
merupakan kelanjutan dari konsep tawar-menawar. Hanya saja disini digunakan
gambar- gambar menarik dan responden diminta untuk memilih tempat-tempat mana
yang ia lebih senangi dari tempat-tempat lain dan seberapa besar anggaran yang
ia bersedia untuk menyediakan demi kepergian ke tempat yang ia senangi itu.
2. Segi Biaya.
Dari segi biaya teknik / penilaian dibagi ke dalam :
a) Teknik Analisis Biaya, terdiri dari :
Ø Teknik Pengeluaran
Preventif.
Teknik Pengeluaran Preventif mengestimasi
nilai minimum kualitas lingkungan berdasarkan kesediaan orang mengeluarkan
biaya untuk menghilangkan atau paling tidak mengurangi akibat buruk lingkungan.
Ø Pendekatan Biaya
Ganti.
Pendekatan Biaya Ganti misalnya diterapkan
pada kasus konservasi tanah pegunungan. Nilai barang lingkungan yang dikonversi
adalah sebesar usaha melindungi tanah tersebut dari erosi dengan cara menutup
tanah dengan alat pelindung tertentu. Nilai tanah kemudian terdiri dari nilai
atau harga pelindung dan kebaikan atau manfaat yang diperoleh dari
ditiadakannya banjir di bagian-bagian bawah.
Ø Pendekatan Proyek
Bayangan.
Pendekatan dengan berdasarkan pada Proyek
Bayangan dilaksanakan dengan mengemukakan secara hipotesis suatu proyek yang
dapat ditanggulangi persoalannya dengan berbagai alternative bayangan.
b) Teknik Analisis Keefektifan Biaya.
Analisis keaktifan biaya juga hamper sama.
Misalnya mengurangi SO dapat dengan berbagai cara, yaitu dengan meninggikan cerobong
asap, menggunakan batubarayang baik, beralih memanfaatkan BBM dengan sulfur
rendah, dan lain-lain.Berapa masing-masing biayanya.Mana yang paling dapat
dipertanggungjawabkan dalam rangka mengurangi SO sampai mendekati angka nol
lb/kwh dengan biaya yang dapat ditenggang.
3. Teknik Input-Output.
Teknik Input-Output yang dikembangkan oleh
Wassily Leontief itu dapat diterapkan pada masalah yang berhubungan dengan
kualitas lingkungan.Data yang perlu ada misalnya berhubungan dengan variabel
kualitas lingkungan seperti tata guna tanah, emisi SOx dan emisi debu pada
misalnya sector-sektor pertanian, usaha pengolahan dan jasa.Jadi dengan teknik
input-output dapat dicari dampak pembangunan terhadap lingkungan.Tetapi
penggunaan teknik ini mengandung berbagai batasan.
4. Teknik Programasi Linier.
Teknik Programasi Linier juga dapat
dimanfaatkan untuk pengelolaan kualitas lingkungan. Misalkan saja, di suatu
daerah dihasilkan tenaga listrik sebesar 2.000 MW dan terdapat wisatawan
sebanyak 1.500 orang dari suatu keadaan dimana diperlukan dana investasi
sebesar Rp 900 juta dan tenaga kerja sebanyak 500 orang untuk suatu proyek;
serta diketahui bahwa setiap MW tenaga listrik (x1) memerlukan Rp 300.000,00
investasi dan tenaga kerja sebanyak 1 orang dan lagi setiap wisatawan (x2)
memerlukan investasi sebesar Rp 200.000,00 dan pelayanan sebanyak 2 orang.
Hubungan Penduduk dengan Lingkungan dan
Kesejahteraan.
Sejak awal, manusia merupakan subjek sekaligus
objek dalam perjalanan hidupnya guna mendapatkan kesejahteraan.Manusia membuat,
menciptakan, mengerjakan, dan memperbaiki berbagai hal yang di tunjuk untuk
kepentingan hidupnya.Di Negara penduduk merupakan salah satu modal dasar
pembangunan.Sebagai modal dasar atau asset pembangunan, penduduk tidak hanya
sebagai sasaran pembangunan, tetapi juga merupakan pelaku pembangunan.
Hal yang berkaitan dengan penduduk Negara
meliputi:
A. Aspek kualitas penduduk, mencangkup tingkat
pendidikan,keterampilan, etos kerja, dan kepribadian.
B. Aspek kuantitas penduduk yang mencangkup jumlah penduduk,
pertumbuhan, persebaran, perataan, dan perimbangan penduduk di tiap wilayah
Negara (Winarno, 2007).
Lingkungan alam seperti tanah, dirombak untuk
menampung berbagai fasilitas kebutuhan manusia. Misalnya, perumahan dan
fasilitas lain seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan, pasar, jalan,
saluran, dan lain-lain. Air tidak hanya di manfaatkan untuk kebutuhan makan dan
minum, tetapi juga sebagai sarana rekreasi seperti taman, kolam, dan air mancur
air jaga untuk pembangkit listrik.
Tidak jarang, perombakan lingkungan
berakibatkan pada kerusakan lingkungan itu sendiri.Lingkungan telah kehilangan
daya dukung lingkungan sebagai akibat tindakan manusia yang
berlebihan.Contohnya, pembangunan perumahan dan vila-vila di lereng pegunungan telah
mengakibatkan banjir besar pada daerah di bawahnya.Jadi, jumlah penduduk
semakin besar menyebabkan pemukiman yang terus berkembang dan akhirnya
berpengarubesar pula terhadap lingkungan.
Perubahan lingkungan sebagai akibat tindakan
manusia tidak jarang memberikan dampak negative, yaitu kerusakan lingkungan
hidup.Kerusakan lingkungan hidup merupakan problema besar yang di alami umat
manusia sekarang ini.Bahkan, isu tentang HAM, demokrasi, dan lingkungan.
IV. BEBERAPA TEORI BENTUK HUBUNGAN MANUSIA DAN
LINGKUNGAN
Teori-teori yang berorientasi deterministik
lebih banyak digunakan untuk menjelaskan fenomena kognisi ligkungan.Dalam hal
ini, teori yang digunakan adalah teori Gestalt.Menurut teori Gestalt, proses
persepsi dan kognisi manusia lebih penting daripada memepelajari perilaku
tampak nya (overt behaviour). Bagi Gestalt, perilaku manusia lebih disebabkan
oleh proses-proses persepsi. Dalam kaitannya dengan Psikologi Lingkungan, maka
persepsi lingkungan merpakan salah satu aplikasi dari teori Gestalt.
Teori yang berorientasi lingkungan dalam
Psikologi lebih banyak dikaji oleh behavioristik.Perilaku terbentuk karena
pengaruh umpan balik (pengaruh positif dan negatif) dan pengaruh modelling.
Dilukiskan bahwa manusia sebagai black-box yaitu kotak hitam yang siap dibentuk
menjadi apa saja. Dalam Psikologi Lingkungan, teori yang berorientasi
lingkungan, salah satu aplikasinya adalah geographical determinant yaitu teori
yang memandang perilaku manusia lebih ditentukan faktor lingkungan dimana
manusia hidup yaitu apakah di pesisir, di pegunungan, ataukah di daratan.
Adanya perbedaan lokasi di mana tinggal dan berkembang akan menghasilkan
perilaku yang berbeda.
Kedua orientasi teori tersebut bertentangan
dalam menjelaskan perilaku manusia.Orientasi ketiga merupakan upaya sintesa
terhadap orientasi teori pertama dan kedua.Premis dasar dari teori ini
menyatakan bahwa perilaku manusia selain disebabkan factor lingkungan, juga
disebabkan faktor internal.Artinya, manusia dapat mempengaruhi lingkungan dan
lingkungan dapat dipengaruhi oleh manusia. Salah satu teori besar yang
menekankan interaksi manusia-lingkungan dalam Psikologi adalah teori Medan dari
Kurt Lewin dengan formula B = f (E,O). Periaku merupakan fungsi dari lingkungan
dan organisme.Berdasarkan premis dasar tersebut, muncul beberapa teori mini
dalamPsikologi seperti teori beban lingkungan, teori hambatan perilaku, teori
level adaptasi, stres lingkungan, dan teori ekologi. Berikut ini akan
dipaparkan teori mini tersebut.
A. TEORI BEBAN LINGKUNGAN (ENVIRONMENT-LOAD
THEORY)
Premis dasar teori ini adalah manusia
mempunyai kapasitas yang terbatas dalam pemprosesan informasi. Menurut Cohen
(Fisher, 1985; dalam Veitch & Arkkelin, 1995), ada 4 asumsi dasar teori ini
yaitu :
1. Manusia mempunyai kapasitas terbatas dalam pemprosesan
informasi.
2. Ketika stimulus lingkungan melebihi kapasitas pemrosesan
informasi, prosesperhatian tidak akan dilakukan secara optimal.
3. Ketika stimulus sedang berlangsung, dibutuhkan respon adaptif.
Artinya, signifikasistimulus akan dievaluasi melalui proses pemantauan dan
keputusanna dibuat atasdasar respon pengatasan masalah. Jika stimulus yang
merupakan stimulus yang dapatdiprediksikan dan dapat dikontrol, stimulus
tersebut semakin mempunyai maknauntuk diproses lebih lanjut. Tetapi jika
stimulus yang masuk merupakan stimulusyang tidak dapat diprediksikan atau tidak
dapat dikontrol, perhatian kecil ataumungkin pengabaian perhatian akan
dilakukan. Akibatnya, pemrosesan informasitidak akan berlangsung.
4. Jumlah perhatian yang diberikan seseorang tidak konstan
sepanjang waktu, tetapisesuai dengan kebutuhan.
B. TEORI HAMBATAN PERILAKU (BEHAVIOUR CONSTRAINTS THEORY)
Premis dasar teori ini adalah stimulasi yang
berlebih atau tidak diinginkan, mendorong terjadinya arousal atau hambatan
dalam kapasitas pemrosesan informasi.Akibatnya, orang merasa kehilangan kontrol
terhadap situasi yang sedang berlangsung (Fisher dkk, 1984).Perasaan kehilangan
kontrol merupakan langkah awal dari teori kendala perilaku.
Istilah ‘hambatan’ berarti terdapat ‘sesuatu’
dari lingkungan yang membatasi (atau menginterferensi dengan sesuatu), apa yang
menjadi harapan. Hambatan dapat menucul, baik secara aktual dari lingkungan
atau pun interpretasi kognitif.Dalam situasi yang diliputi perasaan bahwa ada sesuatu
yang menghambat perilaku, orang merasa tidak nyaman. Pengatasan yang dilakukan
adalah orang mencoba menegaskan kembali control yang dimiliki dengan cara
melakukan antisipasi faktor-faktor lingkungan yang membatasi kebebasan
perilaku. Usaha tersebut dikatakan sebagai reaktansi psikologis (psychological
reactance). Jika usaha tersebut gagal, muncul ketidakberdayaan yang dipelajari
atau learned helplessness (Veitch & Arkkelin, 1995).
Averill (dalam Fisher. 1984) mengatakan bahwa
ada beberapa tipe control terhadap lingkungan yaitu kontrol perilaku, kontrol
kognitif, dan kontrol lingkungan. Kontrol lingkungan mengarahkan perilaku untuk
mengubah lingkungan misalnya mengurangi suasana yang bising, membuat jalan
tidak berkelok-kelok, membuat tulisan/angka dalam tiap lantai di gedung yang
bertingkat, atau membuat pagar hidup untuk membuat rumah bernuansa ramah
lingkungan.Kontrol kognitif dengan mengandalkan pusat kendali di dalam diri,
artinya mengubah interpretasi situasi yang mengancam menajdi situasi penuh tantangan.Kontrol
kputusan, dalam hal ini, orang mempunyai kontrol terhadap alternatif pilihan
yang ditawarkan. Semakin besar control yang dapat dilakukan, akan lebih
membantu keberhasilan adaptasi.
Teori kendala perilaku ini banyak dikembangkan
Altman.Konsep penting dari Altman (Gifford, 1987) adalah bagaimana seseorang
memperoleh kontrol melalui privasi agar kebebasan perilaku dapat diperoleh.
Dinamika psikologis dari privasi merupakan proses sosial antara privasi,
teritorial, dan ruang personal. Privasi yang optimal terjadi ketika privasi ang
yang dibutuhkan sama dengan privasi yang dirasakan. Privasi yang terlalu besar
menyebabkan orang merasa terasing, sebaliknya terlalu banyak orang lain yang
tidak diharapkan, perasaan kesesakan (crowding) akan muncul sehingga orang
merasa privasinya terganggu.
Selanjutnya dijelaskan oleh Altman (dalam
Giford, 1987) bahwa privasi pada dasarnya merupakan konsep yang terdiri atas
proses 3 dimensi. Pertama, privasi merupakan proes pengontrolan
boundary.Artinya, pelanggaran terhadap boundary ini merupakan pelanggaran
terhadap privasi seseorang.Kedua, privasi dilakukan dalam upaya memperoleh
optimalisasi. Seseorang menyendiri bukan berarti ia ingin menghindarkan diri
dari kehadiran orang lain atau keramaian, tetapi lebih merupakansuatu kebutuhan
untuk mencapai tujuan tertentu. Ketiga, privasi merupakan proses multi
mekanisme. Artinya, ada banyak cara yang dilakukan orang untuk memperoleh
privasi, baik melalui ruang personal, teritorial, komunikasi verbal, dan
komunikasi non verbal.
Teritori merupakan suatu pembentukan wilayah
geografis untuk mencapai privasi yang optimal. Dalam kaitannya dengan usaha
memeproleh privasi adalah menyusun kembali setting fisik atau pindah ke lokasi
lain. Penyusunan kembali setting dapat dilakukan dengan pembuatan teritori yang
diwujudkan seperti membuat pagar, membuat ‘tanda kepemilikan’ atau marking pada
loksi-lokai di sungai, pegunungan, atau pun di bukit (Helmi, 1994).
C. TEORI LEVEL ADAPTASI
Teori ini pada dasarnya sama dengan teori
beban lingkungan. Menurut teori ini,stimulasi level yang rendah maupun level
tinggi mempunyai akibat negatif bagi perilaku.Level stimulasi yang optimal
adalah yang mampu mencapai perilaku yang optimalpula(Veitch & Arkkelin,
1995).Dengan demikian dalam teori ini dikenal perbedaan individudalam level
adaptasi.
Adaptasi dilakukan ketika terjadi suatu
disonansi dalam suatu sistem, artinyaketidakseimbangan antara interaksi manusia
dengan lingkungan, tuntutan lingkunganyang berlebih atau kebutuhan yang tidak
sesuai dengan situasi lingkungan. Dalam hal ini,adaptasi merupakan suatu proses
modifikasi kehadiran stimulus yang berkelanjutan.Semakin sering stimulus hadir
maka akan terjadi pembiasaan secara fisik yang disebutsebagai habituasi dan
terjadi pembiasaan secara psikis yang disebut adaptai. Dalamkaitannya dengan
adaptasi, proses pembiasaan ini bukan bersifat mekanistik tetapi lebihmerupakan
antisipatif (Heimstra & Mc Farling, 1982). Dikatakan Helmi (19950
behwaketika seseorang mengalami proses adaptasi, perilakunya diwarnai
kontradiksi antaratoleransi terhadap kondisi yang menekan dan perasaan
ketidakpuasan sehingga orangakan melakukan proses pemilihan dengan dasar
pertimbangan yang rasional antara lainmemaksimalkan haisl dan meminimalka
biaya.
Salah satu teori beban lingkungan adalah teori
adaptasi stimulasi yang optimaloleh Wohwill (dalam Fisher, 1984) menyatakan
bahwa ada 3 dimensi hubungan perilakulingkungan yaitu:
1. Intensitas.
Terlalu banyak orang atau terlalu sedikit
orang disekililing kita, akan membuat gangguan psikologis. Terlalu banyak orang
meyebabkan perasaan sesak (crowding) dan terlalu sedikit menyebabkan orang
merasa terasing (socialisolation).
2. Keanekaragaman.
Keanekaragaman benda atau manusia berakibat
terhadap pemrosesan informasi. Terlalu beraneka membuat perasaan overload dan
kekurangan anekaragaman membuat perasaan monoton.
3. Keterpolaan.
Keterpolaan berkaitan dengan kemampuan
memprediksi.Jika suatu setting dengan pola yang tidak jelas dan rumit
menyebabkan beban dalam pemrosesan informasi sehingga stimulus sulit
diprediksi, sedangkan pola-pola yang sangat jelas menyebabkan stimulus mudah
diprediksi.
D. TEORI STRES LINGKUNGAN (ENVIRONMENT STRSS
THEORY)
Teori stres lingkungan pada dasarnya merupakan
aplikasi teori stres dalam lingkungan. Berdasarkan model input – process –
output, maka ada 3 pendekatan dalamstres yaitu stres sebagai stressor, stres
sebagai respon/rekasi, dan stres sebagai proses. Oleh karenanya, stres terdiri
atas 3 komponen yaitu stressor, proses, dan respon.Stressor merupakan sumber
atau stimulus yang mengancam kesejahteraan seseorang, misalnya suara bising,
panas, atau kepadatan tinggi.Respon stres adalah reaksi yang melibatkankomponen
emosional, fikiran, fisiologis, dan perilaku. Proses merupakan proses transaksi
antara stressor dengan kapasitas dengan kapasitas diri. Oleh karenanya, istilah
stres tidak hanya merujuk pada sumber stres, respon terhadap sumber stres saja,
tetapi keterkaitan antara ketiganya (Prawitasari, 1989).Artinya, ada transaksi
antara sumber stres dengan kapasitas diri untuk menentukan reaksi stres. Jika
sumber stres lebih besar daripada kapasitas diri maka stres negatif akan
muncul, sebaliknya jika sumber tekanan sama dengan atau kurang sedikit dari
kapasitas diri maka stres positif akan muncul. Dalam kaitannya dengan stres
lingkungan, ada transaksi antara karakteristik lingkungan dengan karakteristik
individu yang menentukan apakah situasi yang menekan tersebut menimbulkan stres
atau tidak. Udara panas bagi sebagian orang menurunkan kinerja,tetapi bagi orang
lain yang terbiasa tinggal di daerah gurun, udara panas tidak menghambat
kinerja.
Ada tiga tahap stres dari Hans Selye yaitu
tahap reaksi tanda bahaya, resitensi, dan tahap kelelahan. Tahap reaksi tanda
bahaya adalah tahap dimana tubuh secara otomatis menerima tanda-tanda bahaya
yang disampaikan indra. Tubuh siap menerima ancaman atau menghindar terlihat
dari otot menegang, keringat keluar, sekresi adrenalin meningkat, jantung
berdebar karena darah dipompa lebih kuat sehingga tekanan darah meningkat. Tahap
resistensi atau proses stres. Proses stres tidak hanya bersifat otomatis
hubungan antara stimulus-respon, tetapi dalam proses di sini telah muncul
peran-peran kognisi. Model psikologis menekankan peran interpretasi dari
stressor (Prawitasari, 1989) yaitu penilaian kognitif apakah stimulus tersebut
mengancam atau membahayakan.Proses penilaian terdiri atas 2 yaitu penilaian
primer dan sekunder. Penilaian primer merupakan evaluasi situasi apakah sebagai
sesuatu yang mengancam, membahayakan, ataukah menantang.Penilaian sekunder
merupakan evaluasi terhadap sumber dayadimiliki, baik dalam arti fisik, psikis,
sosial, maupun materi. Proses penilaian primer dan sekunder akan menentukan
strategi koping. Strategi koping (Fisher, 1984) dapat diklasifikasikan dalam direct
action (pencarian informasi, menarik diri, atau mencoba menghentikan stressor)
atau bersifat palliatif yaitu menggunakan pendekatan psikologis
(merasinalisasi, meditasi, menilai ulang situasi dsb). Jika respon koping tidak
adekuat mengatasi stressor, padahal semua enegi telah dikerahkan, orang akan
masuk fase ketiga yaitu tahap kelelahan. Tetapi jika orang sukses, maka orang
dikatakan mampu melakukan adaptasi. Dalam proses adaptasi tersebut memang
mengeluarkan biaya dan sekaligus memetik manfaat.
E. BEBERAPA EKOLOGI (ECOLOGICAL THEORY)
Perilaku manusia merupakan bagian dari
kompleksitas ekosistem (Hawley dalam Himmam & Faturochman, 1994), yang
mempunyai beberapa asumsi dasar sebagai berikut:
1. Perilaku manusia terkait dengan konteks lingkungan.
2. Interaksi timbal balik yang menguntungkan antara
manusia-lingkungan.
3. Interaksi manusia – lingkungan bersifat dinamis.
4. Interaksi manusia – lingkugan terjadi dalam berbagai level dan
tergantung padafungsi.
Salah satu teori yang didasarkan atas
pandangan ekologis adalah behavior setting (setting perilaku) yang dipelopori
oleh Robert Barker dan Alan Wicker. Premisutama teori ini organism environment
fit model yaitu kesesuaian antara rancanganlingkungan dengan perilaku yang
diakomodasikan dalam lingkungan tersebut. Oleh karenanya, dimungkinkan adanya
pola-pola perilaku yang telah tersusun atau disebut dengan ‘program’ yang
dikaitkan dengan setting tempat. Teori ini kurang mempertahankan proses
psikologis dari perbedaan individual dan lebih menekankan uniformitas atau
perilaku kolektif. Hubungan antara manusia-lingkungan lebih dijelaskan dari
sisi sifat atau karakteristik sosial seperti kebiasaan, aturan, aktivitas
tipikal, dan karakteristik fisik.Dengan mengetahui setting tempat maka dapat diprediksikan
perilaku/aktivitas yang terjadi (Gifford, 1987; Veitch & Arkkelin, 1995).
Kritik terhadap pemikiran Barker adalah
bagaimana jika dalam suatu setting terlalu besar atau terlalu kecil?Bagaimana
pengaruh setting yang terlalu kecil atau terlalu besar terhadap perilaku?Jika
dalam suatu setting terlalu banyak partisipan yang melebihi kapasitas setting
untuk beraktivitas, hal ini disebut dengan evermanning (understaffing).Strategi
adaptasi apa yang harus digunakan dalam situasi overmanning? Pertama, meningkatkan
kapasitas setting fisik yaitu memperluas atau meninggalkan setting.Kedua,
melakukan kontrol terhadap orang yang akan masuk dalam setting. Dalam situasi
undermanning setting maka yang dilakukan dengan meningkatkan peran/role dalam
rangka meningkatkan aktivitas dalam setting tersebut (Gifford, 1984; Veitch
& Arkkellin, 1995).
F. PERBANDINGAN TEORI
Berdasarkan uraian mengenai 5 teori mini,
dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Ke lima teori tersebut disusun atas dasar interaksi
manusia-lingkungan. Selain teoriekologi, keempat teori memperlihatkan adanya
kapasitas yang terbatas pada manusiadalam pemrosesan informasi, khususnya
informasi yang berkaitan dengan stimulasilingkungan fisik. Indikator yang
spesifik tentang keterbatasan kemampuan padamanusia terlihat pada teori beban
lingkungan dengan dasar-dasar kompetensi kognitifyaitu lebih khusus adalah
kemampuan pemrosesan informasi. Demikian halnyadengan teori stres lingkungan,
indikator dari stres lingkungan dapat dilihat pada levelindividu, terlihat pada
respon stres yang tercermin dari penurunan kemampuankognisi, perubahan
perilaku, emosi, dan respon fisiologis. Indikator psikologis dariteori hambatan
perilaku dan teori adaptasi tidak jelas, apakah komponen kognitif,afektif,
ataukah perilaku.
2. Teori ekologi lebih menekankan faktor lingkungan daripada faktor
perbedaanindividual. Penerapan dalam masalah-masalah psikologi perlu
mendapatkan perhatianterutama jika level analisisnya adalah individu yang
mendasarkan diri pada perbedaanindividu.
3. Indikator mengenai person environment fit model juga tidak
jelas. Kesesuaian antaralingkungan dengan manusia masih bersifat subjektif,
belum ada indikator yang pasti.
Seperti dalam teori beban lingkungan, yang
dimaksud dengan beban yang optimalitu seberapa jauh?Dalam teori hambatan
perilaku, sejauh mana ‘sesuatu’ dianggap sebagai penghambat perilaku? Dalam
teori level adaptasi, sejauh mana stimulasi lingkungan itu dipersepsikan
sebagai level adaptasi yang optimal? Dalam teori stres, transaksi manusia-lingkungan
menghasilkan stres positif.
V. DAFTAR PUSTAKA
Heimstra, N.W., & Mc Farling, L.H. 1982.
Environmntal Psichology. California: Brooks/Cole Publishing Company.
Helmi,A.F.,1994. Hidup di Kota Semakin
Sulit.Bagaimana Strategi Adaptasi yang Efektif dalam Situasi Kepadatan Sosial?
Buletin Psikologi, II(2)1-5.
Helmi, A.F., 1995. Strategi Adaptasi yang
Efektif dalam Situasi Kepadatan Sosial.Tesis.(tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Proram Pasca Sarjana, Universitas Gadjah Mada.
Himmam, F., & Faturohman.1995. Analisis
Profil Wawasan Masyarakat terhadap Lingkungan di daerah Industri. Laporan
Penelitian. (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi GM. Bantuan
dana bank Dunia XXI.
Holahan C.J. 1982. Environmental Psychology.
New York: Random House.
Veitch, R. & Arkkelin, D., 1995.
Environmental Psychology: An Interdisciplinary Perspective. New Jersey:
Prentices Hall.
(On Line) (http://virgyansyah.blogspot.com/2010/10/hubungan-manusia-dengan-lingkungan.html,
diakses tanggal 31 Maret 2014).
(On Line) (http://pustaka-makalah.blogspot.com/2011/03/hubungan-manusia-dan-lingkungan-sekitar.html,
diakses tanggal 31 Maret 2014).
(On Line ) (http://rzaharani.blogspot.com/2012/05/hubungan-manusia-dan-lingkungan.html,
diakses tanggal 31 Maret 2014).
(On Line) (http://rajes08predator.blogspot.com/2012/04/biosfer-dan-makhluk-hidup.html,
diakses tanggal 31 Maret 2014).